Sabtu, 08 April 2023

Sejarah Tiongkok

Wilayah Tiongkok telah didiami oleh manusia kurang lebih 1,7 juta tahun yang lalu, hal ini berdasarkan penemuan arkeolog dan antropologi para ahli. Adanya peradaban yang terjadi dalam berbagai wilayah atau daerah di sekitaran atau negara sekitaran sungai Huang He (黄河 atau Sungai Kuning)  telah membuktikan keberadaan manusia yang kala itu disebut manusia purba).

Peradaban demi peradaban terjadi, mulai dari perkembangan-perkembangan, perpindahan antar suku dan kelompok manusia higga soal pertanian hingga pertikaian dan perebutan wilayah dan sebagainya meninggalkan satu sejarah dan budaya yang tak terlupakan. Itulah Sejarah Tiongkok.

Tercatat sebuah periode yang mendahului dinasti Xia, adanya mitos San Huang Wu Di (三皇五帝) dengan istilah Tiga Penguasa Lima Kaisar. Tiga Penguasa yang dimaksudkan dewa dengan kemampuan mampu menciptakan, memberi pengetahuan dan keterampilan penting. Lima Kaisar adalah orang bijak yang memberikan teladan kepada manusia dalam hal karakter dan moral yang hebat. 

Versi Tiga Penguasa ada banyak sumber sehingga nama Tiga Penguasa ada yang berbeda, Begitu juga dengan Lima Kaisar, karena ada banyak sumber, sehingga beberapa nama berbeda. Sejarah Tiongkok berkaitan dengan satu dari Lima Kaisar ini yaitu Kaisar Kuning (黄帝). Yang mana setiap keturunannya memiliki sejarah yang berkaitan dinasti dan kerajaan Tiongkok selanjutnya. 

Banyaknya pertikaian antar suku di wilayah pada zaman Tiongkok Kuno. Masa itu dimana antara suku Xia dengan suku lainnya bertikai memperebutkan wilayah dan kekuasaan sebagai pemimpin. Catatan sejarah menjelaskan bahwa Dinasti Xia didirikan oleh keturunan Yu (禹) yang memimpin Qi yang sebelumnya adalah sebuah negara. Sistem pemerintahan Dinasti Xia mewajibkan upeti dari setiap wilayah atau suku kecil yang dipimpin masing-masing.  

Berikut adalah beberapa kutipan tentang catatan sejarah diantaranya :

Dinasti Xia (2070-1600 SM)

Sebelum Dinasti Xia telah ada sistem pemerintahan terdahulu yang menganulir konsep atau sistem penerus kekuasan yaitu Chánràngzhìdù (滻灞之都) yang berarti bahwa kekuasaan diteruskan kepada orang yang berkebijaksanaan atau berkemampuan memimpin, setelah Dinasti Xia maka penerus tahta kekuasaan adalah mewarisi singgasana dari ayah ke anak atau kepada keluarga dekat yang memiliki hubungan darah atau Shixizhi (十喜之). Menurut catatan sejarah Dinasti Xia secara keseluruhan mewarisi 13 generasi, 16 raja. Kekuasaan Dinasti Xia berlangsung kurang lebih 400 tahun dan kemudian jatuh ke Dinasti Shang.

Dinasti Shang

Sejarah Tiongkok mencatatkan Dinasti Shang (1750-1045 SM). Salah satu peninggalan yang tercatat dan dibuktikan dengan adanya aksara kuno pada cangkang kura-kura yang berisi penanggalan radiokarbon. Dikarenakan kekejaman penguasa Shang membuat negara sekitaran bersekutu dan berperang melawan Shang kala itu. 

Dinasti Zhou

Kemudian Dinasti Shang jatuh dan beralih ke Dinasti Zhou yang berkuasa antara (1066-221 SM), perkembangan budaya, sastra dan filsafat Tiongkok berkembang dengan sangat pesat. Menurut Catatan sejarah, Dinasti Zhou adalah dinasti yang berjaya paling lama diantara semua dinasti Tiongkok lainnya. 

Dalam memerintah dinasti Zhou, penguasa membagi wilayahnya menjadi negara bagian kecil yang dipimpin raja-raja kecil. Raja-raja kecil ini adalah sahabat, anggota keluarga atau pejabat yang membantu dalam perang melawan penguasa Shang pada masa itu. Namun kekuasaan bersifat sementara, karena raja-raja kecil tidak pernah puas, selalu merasa lebih kuat dan ingin berkuasa atau negara kecil lainnya, ditambah lagi dengan hasutan pihak pembenci pemerintahan yang berkuasa.

Periode Musim Semi dan Gugur (722-476 SM)

Abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan, dimana raja-raja kecil berkuasa dan saling merebut wilayah kekuasaan, periode tersebut disebut dengan Periode Musim Semi dan Musim Gugur, menurut karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur). Pada zaman ini, pimpinan militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya dan berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur, yaitu ke Luoyang. Disinilah dikenal dengan fase kedua Dinasti Zhou: yaitu bergantinya nama Dinasti Zhou (juga dikenal dengan Zhou Barat) menjadi Zhou Timur dengan kekuasaan yang lebih kecil dan terbatas. 

Invasi ini menimbulkan gejolak hingga pecahnya menjadi ratusan negara, beberapa di antaranya hanya seluas satu desa, dengan penguasa setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang menggunakan gelar kehormatan bagi dirinya. Dan dimasa inilah Ratusan Aliran Pemikiran dari filsafat Tiongkok berkembang pada zaman ini, berikut juga beberapa gerakan intelektual berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme, Legalisme, dan Mohisme. 

Konflik atau perebutan kekuasaan berkepanjangan pada masa itu membentuk aliansi antar kekuasaan, dimana masing-masing negara kecil bersekutu dengan yang lebih kuat dan besar, hingga terbentuklah 5 negara kuat yang mendominasi dan saling bertikai diantaranya dipimpin masing-masing oleh Adipati atau pemimpin pada masa itu yang dalam bahasa Chinanya di sebut 公. Kelima adipati itu adalah Adipati Huan dari Qi (齐桓公), Adipati Wen dari Jin (晋文公), Raja Zhuang dari Chu (楚庄王), Adipati Mu dari Qin (秦穆公), dan Adipati Xiang dari Song (宋襄公). Sumber lain mengatakan bahwa terdapat tujuh negara kuat yang terbentuk dari kekacauan ini. Dan pada umumnya mereka masih mengakui kerajaan Zhou, tetapi beberapa ada yang sudah tidak mengirimkan upeti. 

Walaupun ada lima atau tujuh negara kuat tersebut, juga masih terdapat puluhan negara kecil lainnya yang masih berdiri sendiri tanpa bergabung kepada negara kuat manapun.

Periode Negara Berperang (472-221 SM)

Pertikaian terus berlanjut, usaha saling menjatuhkan terus berlanjut hingga akhir dinasti Zhou Timur ditandai dengan perang dan kekacauan antar lima negara besar serta negara kecil lainnya baik yang tadinya telah bersekutu maupun tidak, akhirnya pecah kembali dan saling berebut wilaya kekuasaan, karena hal inilah dikenal dengan sebutan Periode Negara Berperang (战国时代). Hingga pada 221 SM, seorang penguasa negara Qin yang bernama Yingzheng (嬴政) yang dikenal sebagai Qinshi Huang (秦始皇) yang menyatukan semua negara-negara ini dan terbentuklah Dinasti Qin. 

Dinasti Qin (221-206 SM)

Dinasti Qin merupakan awal terbentuknya Kekaisaran pertama di Tiongkok. Kekaisaran yang berarti seorang penguasa tertinggi dalam dinasti yang memiliki kendali penuh yang sangat luas terhadap wilayah atau negara di dalamnya. Qinshihuang kemudian dinobatkan sebagai Kaisar pertama di Tiongkok setelah penaklukan terakhir terhadap negara Qi pada tahun 221 SM. Meskipun hanya berkuasa kurang lebih lima belas (15) tahun, Kaisar Qinshihuang meninggalkan banyak pembangunan dan sejarah dunia diantaranya Tembok Raksasa China (China Great Wall) dan peninggalan Terakota di makan Qinshihuang yang diselesaikan dimasa Dinasti Ming. Selain peninggalan tembok raksasa dan Terakota, termasuk terbentuknya konsep pemerintahan terpusat, penyatuan undang-undang hukum, diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata uang bersama seluruh Tiongkok, setelah berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur. Bahkan hal-hal yang mendasar seperti panjangnya as roda untuk gerobak dagang, saat itu mengalami penyeragaman demi menjamin berkembangnya sistem perdagangan yang baik di seluruh kekaisaran

Dinasti Han (206-220 M)

Merupakan dinasti kekaisaran kedua setelah Dinasti Qin. Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan terhadap pemerintahan Dinasti Qin. Secara umum pemerintahan Dinasti Han terbagi ke dalam dua (periode) yaitu Periode Dinasti Han Barat (206-9 M) dan Dinasti Han Timur (23-220). Sekilas terlihat ada jarak waktu antara masa ke dua periode yaitu tahun 9-23 M, dimana masa itu adalah masa peralihan dan periode pendek terbentuklah Dinasti Xin yang dipimpin oleh wali penguasa yang bernama Wang Mang.

Ada sistem pemerintahan sebelumnya yang kurang sempurna dievaluasi dan diperbaiki, pada masa dinasti Han telah terbentuk kerjasama ekonomi dengan Eropah. Hal ini dibuktikan dengan catatan kerjasama dengan Kaisar Romawi pada tahun 166. Kepintaran Kaisar Han Wu Di (sebutan Kaisar) dalam membagi kekuasaan dan menyelenggarakan sistem pemerintahan otonom membuat kekuasaan tujuh (7) negara kuat sebelumnya yang tersisa pada Periode Negara Berperang menjadi lemah, sehingga tujuan membebaskan dan membentuk negara menjadi tak berdaya. 

Sejarah mencatatkan bahwa terjadi kemajuan pesat pada ajaran Konghucu pada masa Dinasti ini, pada dinasti ini telah terbentuk industri garam dan besi, perkembangan ilmu dan teknologi, pembuatan kertas, alat kemudi kapan, perhitungan bilangan negatif dalam matematika, peta timbul, bola dunia alminer bertenaga hidrolik untuk astronomi, seismometer serta masih banyak lagi.  

Awal dari pembentukan dinasti Han dimana Liubei dan rakyat dipersatukan hingga mampu mengalahkan Dinasti Qin serta menghalau dan menyudutkan satu suku nomaden yang sangat kuat yaitu suku Xiongnu dan Xianbei ke Mongolia Dalam. Namun mendekati tahun 200 M, konferensi suku Xiongnu berhasil mengalahkan Han Timur, hingga memaksa harus membayar upeti tahunan atas kekalahan tersebut. 

Kejatuhan Han Timur semakin menjadi terlihat pada 92 M, dimana campur tangan para kasim dalam pemerintahan sangat terlihat dan saling merebut kekuasaan diantara klan permaisuri dan maharani bahkan termasuk selir, yang membuat keterjatuhan politik hingga jatuhnya Dinasti Han.  

Dalam kondisi politik yang semakin parah, wewenang kekaisaran juga ditantang oleh perkumpulan keagamaan Taoisme yang mengobarkan Pemberontakan Sorban Kuning dan Pemberontakan Wu Dou Mi Dao. Sesudah kematian Kaisar Ling (berkuasa 168–189 M), para kasim dibantai oleh para panglima militer. Kemudian, para ningrat dan gubernur militer menjadi panglima perang dan membagi-bagi wilayah kekaisaran. Dinasti Han secara resmi bubar setelah Cao Pi, Raja Wei, merebut takhta dari Kaisar Xian pada tahun 220 M, masa itu disebut memasuki masa akhir dinasti Han Timur dan memasuki Zaman Tiga Negara atau Sam Kok.

Zaman Tiga Negara (220-280 M)

Zaman Tiga Negara (Wei, Wu, dan Shu) adalah suatu periode perpecahan Tiongkok yang berlangsung setelah hilangnya kekuasaan de facto Dinasti Han Timur setelah banyaknya permasalahan politik baik dari internal seperti ikut serta kasim dalam perpolitikan, pemberontakan, korupsi, dan sebagainya. Pada masa itu diantaranya tiga negara saling berebut kekuasaan dalam upaya menyatukan Tiongkok di bawah Han, namun tidak ada satupun yang berhasil, hingga muncullah kaisar masing-masing negara. Tiongkok akhirnya berhasil disatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan menaklukan negara Wu hingga membentuk Dinasti Jin.

Pada Zaman Tiga Kerajaan ini banyak sekali tokoh-tokoh yang dituliskan dalam roman Tiga Kerajaan Samkok, diantara Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei, Zhao Zhilong, Cao Cao, Sun Quan, dan tokoh lainnya. Selain tokoh, kisah yang dituliskan begitu menarik sehingga banyak yang terkesan dan mengikuti kisah Sam Kok ini. 

Dinasti Jin dan Enam Belas Negara (280-420 M)

Tiongkok (Tiga Negara saat itu) sementara berhasil disatukan dalam Dinasti Jin pada tahun 280. Mesti demikian ada kelompok lain di bagian Utara. Mereka disebut dengan Wu Hu, mereka adalah kelompok non Han yang menguasai sebagian besar wilayah mulai abad 4 yang menyebabkan migrasi besar-besaran Han ke wilayah Selatan terutama selatan Yang Tze. Dibagian utara sendiri terpecah menjadi 16 negara kecil yang disebut juga dengan Zaman Enam Belas Negara.

Dinasti Jin adalah dinasti yang mempersatukan Tiga Negara yang dilakukan oleh Sima Yan bersama kakak dari dua saudara ayah yaitu Sima Shi dan ayah Sima Yi. Usaha untuk menjalankan pemerintahan Dinasti Jin hingga terbagi ke dalam dua fase yaitu Dinasti Jin Barat (266-316 M) dan Dinasti Jin Timur (317-420 M).

Mengapa bisa terjadi ?

Dalam sejarah dinasti ini. Jin Barat (266–316) didirikan sebagai negara penerus Cao Wei setelah Sima Yan berhasil merebut takhta dan menjadikan Luoyang sebagai ibu kota pertamanya, kemudian pindah ke Chang'an (sekarang Xi'an, di provinsi Shaanxi). Jin Barat menyatukan kembali Tiongkok pada tahun 280, tetapi tidak lama kemudian terjadi krisis suksesi, Pemberontakan Delapan Pangeran, dan invasi yang dipicu oleh Lima Pemimpin Orang Barbar, yang kemudian mendirikan berbagai kerajaan di sepanjang lembah Sungai Kuning pada tahun 304, serta berhasil menduduki Tiongkok Utara setelah Bencana Yongjia pada tahun 311. Kerajaan-kerajaan tersebut tidak lama kemudian mulai saling bertarung, sehingga dinamakan era Enam Belas Kerajaan yang kacau dan berdarah. Setelah jatuhnya Chang'an pada tahun 316, dinasti Jin Barat runtuh, sehingga orang-orang yang selamat dari dinasti Jin Barat di bawah pimpinan Sima Rui, melarikan diri dari selatan Sungai Yangtze menuju Jiankang (Nanjing) dan membangun Jin Timur (317–420). Dinasti Jin Timur yang meskipun ada ancaman terus menerus dari utara, tetap relatif stabil selama abad berikutnya, tetapi akhirnya direbut oleh jenderal Liu Yu pada tahun 420 dan diganti menjadi dinasti Liu Song (420–479). Dinasti Jin Barat dan Timur keduanya termasuk dalam Enam Dinasti.

Dinasti Utara dan Selatan (420-589 M)

Dinasti Selatan dan Utara (adalah sebuah periode dalam sejarah Tiongkok yang berlangsung dari tahun 420 hingga 589, setelah era penuh gejolak dari Enam Belas Kerajaan dan negara-negara bagian Wu Hu. Periode ini terkadang dianggap sebagai bagian akhir dari periode yang lebih lama yang dinamakan Enam Dinasti (tahun 220 hingga 589). Meskipun terjadi perang saudara dan kekacauan politik, periode ini merupakan masa berkembangnya seni dan budaya, kemajuan teknologi, penyebaran Buddha Mahayana serta Daoisme. Selain itu, periode ini juga menyaksikan migrasi besar-besaran Han Tiongkok ke tanah selatan Yangtze. Periode Dinasti Selatan dan Utara berakhir dengan penyatuan semua Tiongkok Dalam oleh Kaisar Wen dari Dinasti Sui.

Selama periode ini, proses sinifikasi dipercepat di antara pendatang non-Tiongkok di utara dan di antara penduduk asli di selatan. Proses ini juga disertai dengan meningkatnya popularitas Buddhisme (diperkenalkan ke Tiongkok pada abad ke-1) baik di utara maupun selatan Tiongkok dan Taoisme juga meningkat pengaruhnya, dengan adanya dua kanon Taoisme penting yang ditulis selama periode ini.

Kemajuan teknologi yang cukup signifikan juga terjadi selama periode ini. Penemuan sanggur  selama Dinasti Jin (266–420), yang membantu memacu pengembangan pasukan kavaleri berat sebagai standar tempur. Sejarawan mencatat kemajuan dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan kartografi. Intelektual pada periode ini termasuk matematikawan dan astronom Zu Chongzhi (429–500) serta astronom Tao Hongjing.

Dinasti Sui (589-618 M)

Dinasti Sui adalah dinasti yang mempersatukan Tiongkok yang terpecah belah pada zaman Enam Belas Negara, merupakan sebuah dinasti yang mengawali dan menjadi peletak dasar bagi kejayaan Dinasti Tang. Tercatat adanya Terusan besar dibangun pada masa dinasti ini. Dinasti ini cukup pendek karena hanya 2 kaisar yang benar-benar memerintah. Kaisar-kaisar berikutnya hanyalah kaisar boneka yang dijalankan oleh para jenderal dan penguasa militer sebelum akhirnya mereka sendiri mendirikan dinastinya sendiri. Li Yuan, sepupu Yang Guang, kaisar dinasti Sui yang kedua, merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang.

Didirikan oleh Kaisar Wen dari Sui, ibu kota dari dinasti Sui adalah Chang'an (yang disebut Daxing, 581–605) dan kemudian Luoyang (605–614). Kedua Kaisar dinasti Sui mengambil langkah pemerintahan tersentral dengan maksud untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan produktivitas pertanian dengan menerapkan sistem Tiga Departemen, Enam Kementerian dan standardisasi penyatuan mata uang. Dinasti Sui juga menyebarkan dan membangun Agama Buddha di seluruh anggota keluarga kekaisaran. Di pertengahan dinasti ini, kekaisaran yang baru saja tersatukan memasuki masa keemasan dan kemakmuran dengan hasil pertanian yang melimpah yang mendukung Pertumbuhan penduduk.

Kaisar dinasti Sui adalah keturunan suku Han, dipercaya keturunan menteri dinasti Han yang bernama Yang Zhen. dan Sejarah Baru Dinasti Tang menunjukan garis keturunan patrilinealnya terhubung ke raja Dinasti Zhou via Bangsawan Tinggi dari negara Jin.

Dinasti ini sering dibandingkan dengan dinasti Qin yang berkuasa sebelumnya karena telah berhasil menyatukan Tiongkok setelah perpecahan yang berkepanjangan. Berbagai reformasi dan proyek konstruksi dilakukan untuk mengkonsolidasikan negara yang baru bersatu, dengan pengaruh jangka panjang di luar pemerintahan dinasti mereka yang pendek.

Meskipun dinasti Sui relatif berumur pendek, namun dalam hal budaya, dinasti ini mewakili transisi dari zaman sebelumnya. Banyak perkembangan budaya yang baru mulai terbentuk selama dinasti Sui kemudian dikonsolidasikan dan semakin berkembang selama dinasti Tang, dan pada abad-abad berikutnya. Sui bukan hanya memprakarsai pekerjaan umum massal misalnya Terusan Besar Tiongkok dan perpanjangan Tembok Besar, tetapi juga sistem politik yang dikembangkan oleh Sui, kemudian diadopsi oleh Tang dengan sedikit perubahan, kecuali untuk posisi puncak hierarki politik. Perkembangan budaya lain dari dinasti Sui termasuk agama, sastra, puisi dan mengambil beberapa contoh tertentu dalam Buddhisme yang dianggap sesuai.

Dinasti Tang (618-907 M)


 



Lima Dinasti dan Sepuluh Negara (907-960 M)




Dinasti Song, Liao, Jin dan Xia Barat (907-1279 M)




Dinasti Yuan (1279-1368 M)







Dinasti Ming (1368-1644 M)





Dinasti Qing (1644-1911 M)





Republik Tiongkok 





Republik Rakyat Tiongkok 





Perlu dipahami bahwa sejarah Tiongkok terbentuk saat ini melalui proses pergolakan hingga pergantian antara periode dalam persatuan dan perpecahan politis yang kadang-kadang dikuasai oleh suku bangsa asing (non-Han), yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam populasi Suku Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Tiongkok modern hingga saat ini.


Sumber utama : Wikipedia

Sejarah Tiongkok

W ilayah Tiongkok telah didiami oleh manusia kurang lebih 1,7 juta tahun yang lalu, hal ini berdasarkan penemuan arkeolog dan antropologi pa...